Saturday, March 30, 2013

Kamu Belok Kanan, Saya Belok Kiri!


"Kamu itu tidak tau sejarah, jangan baca yang macem – macem, sekolah saja yang bener", Begitu ucap seorang bapak (setengah menghardik) dari salah satu teman saya, yang tak lain adalah seorang pensiunan militer berpangkat menengah, ketika tanpa sengaja dia membaca sekilas buku yang saya bawa, ” Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (Soe Hok Gie)", di rumahnya,  saat saya berkunjung menemui anaknya, 13 tahun yang lalu, sekitar tahun 2000 di Yogyakarta.

Ungkapan diatas mengingatkan saya dengan buku yang saya baru baca bulan kemarin berjudul “Musso, Si Merah Di simpang Republik" (Seri Buku TEMPO : Orang Kiri Indonesia”). Diawal buku ditulis  ketika ada seorang pensiunan letnan jendral Angkatan Darat, yang berkata kepada salah satu wartawan TEMPO yang menulis laporan utama, tentang bekas Ketua Partai Komunis Indonesia, Dipa Nusantara Aidit. “Mengapa DN Aidit? Kalian tak mengerti sejarah”, katanya setengah menghardik.

Semua itu jelas berkaitan erat dengan serentetan peristiwa yang melibatkan antara Partai Komunis terbesar di Asia, dengan salah satu "unit arogan" di republik ini (militer). Saya tidak tau bapak dari teman saya itu pernah terlibat langsung, mengerti benar semua alur ceritanya, sekedar isu yang berkembang di antara para anggota militer waktu itu, atau beribu alasan lainnya. Saya tidak akan pernah tau pasti karena semuanya punya versi cerita masing-masing, dan yang terpenting saya juga tidak hidup di zaman itu :).

Karena itulah buku sejarah ditulis, untuk menginformasikan "sesuatu" yang terjadi di masa lalu untuk diberitahukan buat orang - orang di masa depan. Sejarah bukan mitos, bukan filsafat, juga bukan ilmu pasti, banyak kemungkinan dan versi  yang menghiasi setiap lembarnya. Banyak sekali saksi yang terlibat didalamnya, sehingga tidak salah jika muncul berbagai versi. Ada "atas" ada "bawah", "kanan" ada "kiri". Dan salah tidaknya versi - versi tersebut tergantung pemahaman dan subjektifitas, sehingga berkembang menjadi suatu analisa berujung kepercayaan. Semuanya adalah HAK. Sehingga tidak ada yang salah dan tidak “macem - macem” juga, kalo kita mempelajari dan memahami bahkan akhirnya mempercayai sejarah dari versi yang berbeda. 

Kamu belok kanan, saya belok kiri, sampai ketemu di ujung jalan..


Woles :)